Curhat Pengusaha Soal Corona: Bisnis Hancur-Hancuran!
Kalangan
pengusaha sudah merasakan dampak terberat dari wabah corona di dunia yang sudah
dinyatakan oleh WHO sebagai pandemi, setelah menjangkiti 121 negara dengan
korban 126 ribu orang di dunia, hingga Kamis (12/3). Pengusaha sektor pariwisata
khususnya perhotelan termasuk yang paling kena dampak terparah saat corona
sudah menjangkiti dunia hampir 3 bulan.
"Dampaknya
luar biasa, kondisi tahun lalu sudah begitu sulit, tahun ini belum ada
perbaikan yang berarti tiba-tiba ada wabah corona hancur-hancuran," kata
Ketua Kebijakan Publik APINDO/Wakil Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) Sutrisno Iwantono kepada CNBC Indonesia, Kamis (12/3).
Iwan mengatakan
dampak corona sudah sangat terasa di lapangan seperti bisnis hotel yang babak
belur. Selain itu, dari sisi industri dan perdagangan juga sudah sangat terasa.
Di atas kertas misalnya, ekspor Indonesia pada Januari 2020 menurun 7,16 persen
dibanding Desember 2019, yaitu dari US$14.445,1 juta menjadi US$13.411,0 juta.
Demikian juga dibanding Januari 2019, ekspor menurun 3,71 persen. Februari,
Maret dan seterusnya pasti semakin buruk.
Dari
sisi ekspor, ekspor nonmigas Indonesia pada Januari 2020 ke Tiongkok, Amerika
Serikat, dan Jepang masing-masing mencapai US$2.103,3 juta, US$1.618,5 juta,
dan US$1.119,7 juta, dengan peranan ketiganya mencapai 38,41 persen.
Ia
bilang penurunan ekspor nonmigas Januari 2020, jika dibandingkan dengan
Desember 2019 terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama, yaitu Tiongkok
US$211,9 juta (9,15 persen); India US$166,9 juta (14,57 persen); Malaysia
US$165,5 juta (24,33 persen); Korea Selatan US$57,3 juta (10,75 persen);
Amerika Serikat US$52,9 juta (3,17 persen); Jepang US$45,8 juta (3,93 persen).
Dari
sisi impor, nilai impor Indonesia Januari 2020 mencapai US$14.275,2 juta atau
turun US$231,6 juta (1,60 persen) dibanding Desember 2019. Jika dibandingkan
bulan yang sama tahun sebelumnya, nilai impor pada Januari 2020 juga mengalami
penurunan US$716,2 juta atau 4,78 persen.
Iwan menuturkan
penurunan terjadi pada impor nonmigas sebesar US$1.046,7 juta (7,85 persen),
namun impor migas naik US$330,5 juta (19,95 persen). Turunnya impor bahan baku
dan bahan penolong termasuk yang berasal dari China sangat memukul industry
dalam negeri. Banyak yang terancam penghentian produksi dan akan merumahkan
karyawan.
Total
nilai impor nonmigas dari tiga belas negara selama Januari 2020 sebesar
US$9.670,0 juta atau turun US$313,5 juta (3,14 persen) dibanding Desember 2019.
Kondisi tersebut disebabkan oleh turunnya nilai impor dari beberapa negara
utama seperti Tiongkok US$125,2 juta (3,08 persen), Thailand US$104,5 juta
(14,14 persen), dan Australia US$86,9 juta (26,36 persen).
Di
luar catatan itu, sektor pariwisata tentu sangat terganggu, bukan saja turis
dari China, tetapi dari semua negara anjlok. "Hotel dan restoran yang
sudah melorot dalam tahun-tahun terakhir ini bertambah runyam," katanya.
Ia
bilang jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Januari 2020 mencapai 1,27
juta kunjungan, jika dibandingkan dengan Desember 2019, penurunan sebesar 7,62
persen.
"Untuk
Februari, dan Maret 2020 sejak pecahnya wabah corona berdarah-darah, mulai
banyak hotel yang akan merumahkan karyawannya," katanya.
Komentar
Posting Komentar